Traveling sebagai Metode Mengenal (Calon) Pasangan Hidup

*DISCLAIMER*

1. Apa yg gw tuliskan dan kemukakan dalam sharses didasarkan pada pengalaman diri sendiri, sehingga *tidak teruji secara ilmiah*. hehehe..
2. Situasi dan kondisi setiap individu berbeda, sehingga meskipun kalian menerapkan metode yg sama persis, hasil akhirnya bisa jadi berbeda. Sama kaya yg tertulis di botol shampoo: _"results may vary"_.

*PERKENALAN*

Hai hai, para traveling enthusiast... Bagi yg puasa, gimana Ramadhannya? Udah tarawih kan? Ga lama lagi Lebaran loh. Udah pada nuker duit receh ke bank belom? hehehe...

Salam kenal, gw Mokhamad Fahmi Fauzi. blasteran Bandung-Tasik, jadi berhak menyandang titel USA (Urang Sunda Asli). Silakan panggil dengan nama tengah gw: *Fahmi*. Nama populer di rekan2 sejawat yg lahir di rentang tahun yg sama ama gw, karena dipake ama salah satu menteri Kabinet Pembangunan. _and no, i'm not sorry for using the word 'sejawat'..._

Gw lahir di Bandung, tapi besar di Bogor. SD, SMP, SMA, kuliah semuanya di Bogor. Saking lamanya ngendog di Bogor, akhirnya sekarang punya hasrat jalanjalan yg menggebu2, yg gw salurkan lewat kerjaan gw sbg Lead Facilitator di Kubik Training dan MarCom Manager di Navigatour. _kalo ada yg mau jalanjalan, silakan kontak @navigatour_ *adlib

Gw udah berkeluarga... _ooouuuwwww... terdengar kekecewaan dr beberapa peserta perempuan_
dengan 1 istri dan 1 anak, yg suka traveling juga. Catatan dan foto perjalanan gw bisa diakses di Instagram  @fahmitraveler. *plis follow, gw fakir follower*

Gw akan mulai dari sebuah cerita jaman kuliah...

*backsound musik nostalgia, tahun 70an

*CERITA AWAL*

Waktu kuliah di IPB, gw banyak terlibat sbg panitia fieldtrip (kunjungan lapang) ke berbagai lokasi. Subang, kep. Seribu, Palabuan Ratu, dll. Banyak berinteraksi dengan temen2 sesama panitia, asdos, hingga dosen di perjalanan.

Salah satu perjalanan paling berkesan adalah waktu fieldtrip ke Subang. Gw duduk di kursi bis bagian depan, di samping salah satu temen sekelas. Perempuan. Gw kenal dia sbg seorang periang dan sangat suka bercerita.  Gw pun seneng banget bercerita, dan hingga waktu itu gw belum pernah nemu orang yg bisa 'tahan' dengerin ocehan gw yg temanya seringkali lompat2 ga tentu.

Sebelumnya, gw ga menduga temen perempuan gw itu sbg org yg punya kemampuan mendengar dan mengimbangi pembicaraan gw, namun perjalanan Subang-Bogor membuktikan bahwa dugaan gw salah. Kami saling bercerita selama 6 jam tanpa henti, tentang banyak hal.

Momen itulah yg membuat gw yakin bahwa Umar bin Khattab RA benar saat beliau berkata, *_"Perjalanan (safar) akan menguliti seseorang."_*

*KENAPA TRAVELING BISA DIGUNAKAN SBG METODE MENGENALI SESEORANG?*

Saat traveling, biasanya kita dihadapkan pada berbagai situasi. Situasi penentuan tujuan, situasi perencanaan, situasi pembuatan keputusan, hingga situasi-situasi di luar perkiraan. Perilaku seseorang saat merespons situasi tersebut, adalah cerminan karakter kesehariannya.

Tahun 2008, gw pernah group traveling ke Karimunjawa sama temen2 yg mayoritas udah gw kenal. Di hari di mana kami seharusnya menyeberang kembali ke Jepara, ternyata kapal ferinya tidak beroperasi karena digunakan dalam event pemerintah Jepara. Heboh lah kami karena harus mencari alternatif penyeberangan lain.

Dalam situasi tersebut, seorang temen gw yg notabene pendiam, ternyata kemudian menjadi pemecah kebuntuan dengan mengusulkan penyeberangan menggunakan kapal nelayan. Dia juga yg scr aktif mencari info kapal, hingga bernegosiasi dan membuat kesepakatan dgn pemilik kapal.  Tindakan yg sebelumnya ngga gw kira mampu dia lakukan.

Kejadian itu semakin memperkuat asumsi gw, yg akan kita jadikan dasar sepanjang sharses kali ini: *"Traveling dapat membuat seseorang memunculkan sifat dan kepribadian yang sebenarnya."*

Kalo dikaitkan dengan konteks pencarian jodoh, asumsi di atas bisa berlaku juga. Tentu kita pengen dong dapetin pasangan yg memiliki *visi* yg sama, sepakat melakukannya dgn cara *(misi)* yg sama, dan percaya pada nilai *(value)* yg sama dalam pelaksanaannya.

*GIMANA CARA MELAKUKANNYA?*

Naaaah... Inilah bagian di mana para jomblo berseru gembira. This is how we're gonna do this:

*1. Tentukan Kriteria Pasangan yang Kita Idamkan*
Jumlahnya ngga dibatasin. Bisa yg kaitannya dengan visi hidup, mindset, kemampuan tertentu, fisik, atau apapun. Just write it down.Misal:
_Saya menginginkan pasangan hidup yang:_
_-Memiliki pemahaman agama yg baik_
_-Memiliki kemampuan memimpin yg baik_
_-Memiliki kemampuan berkomunikasi yg baik_

Yang di atas *HANYA CONTOH* yaaa... Kalian nanti bisa mendefinisikan kriteria kalian masing2. Coba sekarang temen2 ambil kertas dan pulpen atau bikin catatan di HP tentang *Kriteria Pasangan Idaman*, sekalian praktek. hehehee...

*2. Turunkan Kriteria Tersebut Menjadi Observable Behaviour (Perilaku yang Tampak)*
Kita ambil contoh yg pertama yah... Frase "pemahaman agama" itu kan masih abstrak. Perlu kita turunkan ke contoh perilaku tampak, *yang mudah diamati*, misal:
-Tidak pernah meninggalkan shalat wajib selama perjalanan
-Tilawah Al Quran, minimal 1x sehari
-dll.

Contoh lain, utk yg "kemampuan memimpin":
-Bisa mempertimbangkan opsi2 yg tersedia dan ngajuin usulan keputusan
-Bisa ngambil keputusan yg tepat dan diterima oleh mayoritas orang

*3. Tentukan Standar, Lakukan Pengamatan dan Evaluasi Kesesuaiannya dengan Standar yang Kita Miliki*
Silakan amati gimana perilakunya sepanjang perjalanan. Jangan lupa pasang Stealth Mode: On. Biar dia ga faking good. hehehe...
Kenapa penting utk nentuin standar kita? Karena sesungguhnya manusia tidaklah sempurna. Bisa jadi ada hal2 yg ga sesuai dgn kriteria yg kita tetapkan, dan standar akan ngebantu kita nentuin batas toleransi.

*PENDEKATAN YG BISA DILAKUKAN*

Secara garis besar, ada 2 pendekatan:
1. Bikin kriteria, udah ada inceran, traveling bersama, amati
2. Bikin kriteria, traveling ramean (meskipun belom punya inceran), amati siapa tau ada yg cocok dgn kriteria

Masing2 pendekatan ada pros and cons-nya. hehehe...

Sementara itu dulu sbg pengantar. Gw akan tutup dengan pesan sponsor. *PENTING!!*
*Travelingnya ramean yah, jangan berdua doang ama inceran (yg belom halal), karena:*
*1. memperbesar peluang ketidakobjektifan*
*2. dilarang oleh agama. hehehehe...*

thanks for reading, guys.

Q & A

LAILY
apakah bang fahmi nemu jodohnya juga lewat traveling?

*jawab:*
gw punya cukup banyak kesempatan mengamati istri gw, ga hanya via traveling, karena kami sekampus. namun IYA, banyak karakter uniknya yg muncul saat traveling.

Misal ada di sebuah traveling, gue lagi sama inceran gue.. travelingnya rame2 kok. Nah, tapi gaya gue belum natural.. masih aja baper deket si doi.. gimana biar bisa senatural mungkin?
Apa travelingnya kurang lama?

*jawab:*
perasaan gugup saat bersama dgn org yg kita sukain itu wajar artinya hormon2 di tubuh lu berfungsi dgn baik. hehehe...

kalo dikontekskan ke tema kita kali ini, sedagdigdug apapun kita saat itu, tetep upayakan utk bisa *mengobservasi* gimana responsnya di situasi2 tertentu. cocokin dgn kriteria dan indikator perilaku tampak yg udah kita buat.

pokonya inget prinsip:
1. Kriteria
2. Perilaku Tampak
3. Observasi

kalo udah punya inceran tp kayaknya jauh banget ya sama diri kita, haha,,, gimana tuh solusinya?
*jawab:*
jauh di sini kaitannya dengan kualitas diri kah? merasa bahwa "dia ko oke banget, sementara gw mah apa atuh..."?
kalo hal itu yg terjadi, maka ada bbrp hal yg perlu diingat dan diterapkan:
1. dia juga manusia, punya kelebihan dan kekurangan. pasangan yang cocok itu sesungguhnya *bukan saling melengkapi, tapi saling menguatkan satu sama lain.*
2. ini yg *PENTING*. mengobservasi aja emang ga cukup. kita juga harus follow up dengan *MEMANTASKAN DIRI*.

Trus kalo misal ada yg ngedeketin tp kita gatau dia orangnya kaya gimana, nunggu dia action ke rumah kah? Hehe.., takutnya di php doang,,, suer,, oknum php di mana2, wkwk
*jawab:*
kalo namanya risma, pasti cewe kan? hehehe... maaf ya buat para cowo, but i gotta say this...
*Untuk para perempuan, jangan pernah menyerahkan hati kalian dengan mudah pada pria manapun. Biarkan dia menunjukkan upayanya, kelayakannya utk bisa membersamai kalian*

dan untuk para cowok, *jangan mudah menyerah sebelum ditolak 21 kali (Elmir Amien, 2004)*

Menurut observasi oke, tp sikapnya sejauh ini nggak banget, dingin, apa ini artinya udah harus diakhiri ngincer dia nya? Apa tetep ikhtiar dan perbaiki diri?Haha... apa salah sih cewek punya inceran樂

*jawab:*
saat ditemui situasi bahwa inceran ternyata ga sesuai dgn kriteria yg kita harapkan, setidaknya ada 2 opsi yg bisa kita pertimbangkan:
1. memutuskan utk ga ngincer dia lagi
2. kalo kita pikir kita bisa "berkompromi" dengan ketidaksesuaian tsb, bisa aja lanjutin ngincernya. ikhtiar memperbaiki diri sambil ngasih masukan ke orang tsb bisa jd langkah yg patut dipertimbangkan.

cewe jg manusia, boleh berharap. tapi kalo gw pribadi sih lbh suka cewe yg "hard to get", karena gw percaya *cinta yg butuh perjuangan utk mendapatkannya, akan lbh kita hargai dan sulit kita lepaskan*.

[21/6 21.24] ‪+62 812-8153-2288‬: Gimana cara melihat konsistensi perilaku lewat travelling? Karna travelling kan sifatnya temporer.. sedangkan perilaku yang muncul pada saat travelling munculnya bisa karena banyak hal (misal krn lg pacaran atau pdkt wkt itu jd yg ditampilin yg bgs2nya aja)?
[21/6 21.24] ‪+62 812-8153-2288‬: Oiya, saya Indah. Thanks yaa

jawab:

betul banget. emang perlu dibedakan antara sifat dengan sikap/perilaku.

kalo sifat adalah sesuatu yg terbentuk melalui proses yg sedemikian lama shg sulit diubah, sedangkan sikap/perilaku berubah-ubah. pengalaman gw mengatakan bahwa situasi yg terjadi saat traveling biasanya beda ama situasi pacaran.

banyak orang emang faking good saat pacaran. namun traveling is a real life situation, shg gw pribadi sih percaya bahwa respons (sikap/perilaku) orang saat traveling lebih merepresentasikan sifat aslinya ketimbang saat dia pacaran.


Mo nanggepin pertanyaan gw td ya bang fahmi. Jd kalo gw baca itu maksudnya kalo perilaku yg muncul pas pacaran trs travelling brg itu ga natural?

I mean kalo dr pengalaman sbnrnya pacaran ato apapun itu kan cm status yah. Cm mksd gw dgn travelling yg cm bbrp hr gmn bisa liat konsistensinya dia? Ada cara buat nguji ga? Hehe kali2 ada sharing lainnya

*jawab:*
bukan. gw ngga bermaksud bilang kalo orang pacaran itu sikapnya ga natural. cuman kalo disuruh milih lbh percaya hasil observasi saat pacaran atau saat traveling, gw pilih lbh percaya yg traveling.
_anyway, gw ga pacaran juga sih. jd bisa dibilang ga kredibel buat menilai orang pacaran. hahaha.._

sekali lagi: yg diamati adalah *SIKAP*. sangat mungkin berubah-ubah. gw aja yg udah nikah masih mendapati sikap istri gw kadang ga selalu sama. tp ada pola umumnya.

[21/6 20.54] ‪+62 821-3942-7284‬: ketika saat travelling, kita di lelahkan dengan lama perjalanan karena kondisi tubuh gimna??
Meski pada awalnya kita ngobrol tapi belum sejam udah capek, gimna mensiasatinya
[21/6 20.55] ‪+62 821-3942-7284‬: Tigor

*jawab:*
kalo capek ya istirahat aja. jangan lupa bilang ama yg diajak ngobrol. be considerate. hehehe...



Nama : Sepi Sekar Hanafi
Pertanyaan

Ketika traveling  seringkali sifat covert (yg terselubung) sseorang tampak yang kadangkaka itu bertentangan dengan diri kita, menurut pengalaman kak Fahmi bagaimana tips tetap bersikap santun pada partners traveling  jika ada perilaku yg tidak sesuai dengan kita?

jawab:

sadari prinsip #AntoemWays. ane punya metode, antoem punya metode. saling sampaikan metodenya dengan baik.

kalo ternyata berbeda dan tidak bisa dicari komprominya, ya mari kita sepakat utk tidak sepakat. itulah #AntoemWays. dan meskipun metode kita berbeda, bukan berarti kita tidak bisa berteman kan? *sambil senyum 

oiya, kelupaan. sebelum ke metode, *percayalah bahwa tiap orang punya maksud baik, hanya metodeny yg berbeda-beda*.

Pertanyaan dari manjadda wajada

Apakah salah ya kak kalau kita milih jodoh lewat ta'ruf. 2.Bagaimana jika cewek menyatakan rasa lebih dulu ke cowok? Dg Tanpa mengurangi "Hard To Get" tadi??

*jawab:*

1. ngga salah. justru sejauh ini, itulah metode yg menurut gw sesuai dgn value yg gw anut.

2. boleh ngasih sekedar kode ataupun langsung eksplisit, tapi *berikan tantangan pada cowok itu utk "membuktikan diri"*. gw pun jadi pihak yg "ditanya" ama istri gw. tapi gw harus membuktikan diri dgn ngedatengin rumah ortunya di subang sendirian utk mengungkapkan niat gw menikahinya, lalu dilanjutkan dengan nyampein ke keluarga besarnya, dan hal2 lain yg harus gw perjuangkan.

Redy

Boleh gk sih nargetin nama lalu ngajak Traveling bareng..
Takutnya salah d niat..

*jawab:*
dalam konteks ini, kita pandang NIAT sebagai sesuatu yg netral. yg bisa dinilai sbg salah atau benar adalah metodenya.

apa yg digunakan utk ngukur metode? *VALUE* yg dianut.

contohnya, ngajak seseorang traveling bareng dgn niat mengobservasi, akan menjadi SALAH (berdasarkan value yg gw anut) apabila:
_perginya berduaan doang_
_dia pergi jauh tanpa disertai mahramnya_
_dll._

Andini

gini kak, ada cwo nih yang ngajak buat serius ke kita, kaya ta'arufan gitu, langsung ke wali kita (orang tua) nah ternyata setelah kita tau sifat2 dy ada sifat yang menurut kita ga bisa kita maklumin, ga sesuai kriteria kita, tapi si cwo ini kekeuh aja ga pernah mundur walaupun udah berkali kalo di tolak dan itu orang tua kita sendiri yang nyampein ke si cwo
karna gw hoby main atau travelling, boleh ga sih kita ajak dy travelling bareng? biar ketauan sifat2 nya? tapi kalo misalnya traveling bareng, jadi ha sesuai syariat dan takut dy nya juga ga natural sikap nya, di buat2 gitu, trus gimana cara ngebedainnya sifat asli sama sifat yang di buat2 ?

*jawab:*

-boleh ga? tanya dulu ama orangtua. bagi perempuan single, ridho orangtua nomer satu.
-cara ngebedainnya? sifat asli biasanya ditunjukkan secara konsisten, dalam situasi seperti apapun.

gw tutup dgn quote:

_“I have found out that there ain’t no surer way to find out whether you like people or hate them than to travel with them."_ ~ Mark Twain, _Tom Sawyer Abroad_

Pantau terus kegiatan kami di:

traventure.forumindonesiamuda.org

atau

Instagaram: @FIMTRAVENTURE

Viva Travela..!!!